Kalian sudah pasti dengarkan kata “sunat”? Tapi kalian tau gak, kalo sunat itu bukan cuma untuk lak-laki lho, tapi perempuan ada juga yang disunat. Nah, kebetulan Sesa baru banget nih inget kalo tanggal 6 Februari adalah Hari Internasional Nol Toleransi Terhadap Mutilasi Genital pada Perempuan. Jadi, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB atau kumpulan negara-negara yang dibentuk setelah perang dunia II untuk ngomongin perdamaian, hak asasi manusia, kerjasama internasional, dan lainnya. PBB tuh netapin tanggal 6 Februari ini sebagai hari internasional penghentian praktik sunat perempuan manteman. Yang Sesa tahu kalo sunat terhadap perempuan sudah dilakukan di beberapa daerah bahkan negara loh. Ckckckc. Latar belakangnya sih macam-macam, ada yang untuk ritual keagamaan, tradisi yang sudah turun-temurun dari para leluhur mereka, dan lain-lain.
Hamdallah ada upaya dalam menghentikan sunat perempuan~
Sobat Muda yang Sesa cintai, jadi di tahun 2003 lalu sudah ada tuh kampanye untuk menghentikan sunat terhadap perempuan. Nah, dari data yang dihimpun dari republika.co.id diperkirakan ada 125 juta anak perempuan dan perempuan di 30 negara di dunia – terbanyak di benua Afrika- memiliki alat kelamin yang dipotong, dikerok, atau dijahit. Aaaakkkhhhh ngilu!!!!
Sunat perempuan sudah lama menjadi perhatian PBB. Pengumuman yang di keluarkan The United Nations Children’s Emergency Fund (UNICEF) mengenai sunat perempuan, selalu memicu liputan yang ramai di media massa dunia. Lembaga ini menyebut tradisi sunat pada perempuan ini dengan istilah “mutilasi alat kelamin perempuan”.
Dalam laporan PBB disebutkan praktik sunat perempuan terbanyak dilakukan di Somalia. Jangan kaget! Ada 98% perempuan usia 15-49 tahun menjalani ritual ini. Guinea, Djibouti, dan Mesir berada pada urutan berikutnya, 90% perempuan di sana melakukan sunat. Kalo dari jumlah sih, Mesir berada pada urutan pertama, dengan sebanyak 27,2 juta perempuan yang disunat. Diikuti Ethiopia (23,8 juta), dan Nigeria (19,9 juta).
Sobat Muda, sunat perempuan gak hanya dilakukan di negara-negara yang disebut di atas tadi. Di Indonesia, tentu saja, memiliki tradisi yang demikian. Menurut data dari UNICEF tahun 2013, angka sunat perempuan di Indonesia sangat tinggi, selain karena agama, yaitu tadi tradisi katanya. Gorontalo ada di posisi teratas mengantongi 83,7%, menyusul kemudian Bangka Belitung 83,2%, Banten 79,2%, Kalimantan Selatan 78,7%, Riau 74,4%, Papua Barat 17,8%, DI Yogyakarta 10,3%, Bali 6%, Papua 3,6%, dan NTT 2,7%. Baru-baru ini, baru banget dilakukan secara rame-rame oleh salah satu yayasan agama yang ada di Kota Bandung. Sebut saja Yayasan Assalaam Bandung. Yayasan ini rutin mengadakan sunatan massal saat Maulid Nabi Muhammad di bulan lahir Nabi Muhammad SAW. Hmmmm. Agenda ini dilakukan sejak 1948.
Padahal nih, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengecamnya. Terus mengeluarkan klasifikasi sunat perempuan ke dalam empat kategori besar pada tahun 1995 dan disempurnakan lagi pada tahun 2007, di antaranya:
Kenapa sih sunat perempuan harus diberhentikan? karena melanggar Hak Asasi Manusia
Menurut WHO nih, sunat perempuan merupakan pelanggaran HAM terhadap perempuan. WHO mendesak agar tenaga kesehatan profesional gak lagi menggunakan prosedur semacam ini.
Sunat perempuan juga mencerminkan kepada kita bahwa masih adanya ketidaksetaraan dan bentuk ekstrem diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu, sunat perempuan juga sering dilakukan kepada anak di bawah umur. Itu kan bentuk pelanggaran hak anak. Huft.
Terus, juga merupakan pelanggaran hak atas kesehatan seseorang, keamanan dan integritas fisik, hak untuk bebas dari penyiksaan, dan perlakuan yang kejam, merendahkan martabat manusia, dan hak untuk hidup ketika kegiatan tersebut mengakibatkan kematian. Banyaaakkk!!!
Selain itu juga efeknya gak baik bagi perempuan
Sobat Muda, Sesa sedih banget pas lagi nulis ini. Dari segi medis pun sunat perempuan ternyata gak memiliki efek yang baik bagi kesehatan. Hal ini disampaikan oleh Dokter Edwin Tanihaha, katanya nih pandangan medis terhadap sunat perempuan sangat beda dengan sunat laki-laki. Sunat perempuan sama sekali gak memberikan efek yang baik bagi si perempuan.
Pendapat Dokter Edwin juga diperkuat oleh Dokter yang berpraktek di rumah sakit daerah Cilandak. Katanya sunat perempuan justru memberi efek buruk bagi penerimanya. Kadang bila tindakan sterilisasi kurang baik, akan menimbulkan risiko infeksi, perdarahan, nyeri, dan bekas luka. Selain tidak mempunyai efek yang baik, ada dampak jangka pendek dan jangka panjang sunat perempuan, seperti:
Dampak jangka pendek sunat pada perempuan:
Dampak jangka panjangnya:
Duh, ngeri banget ya, Sobat Muda! Nah, sekarang klean semua sudah tahu kan? Jadi bisa tuh infokan ke orang tua, om, tante, kakek, nenek kita, dan tetangga Sobat Muda kalo sunat perempuan itu gak perlu.
https://internasional.kompas.com/read/2010/07/28/0756239/inilah.bahaya.di.balik.sunat.perempuan
Halo Kawan #GengBeda! Ketemu lagi dengan Sesa dan Pedro. Kami ingin ngobrol bareng kamu, nih,…
Jumat malam Gema, Sesa, Pedro, Nisa dan Ibnu janjian virtual meeting seperti wiken-wiken sebelumnya. #GengBeda…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Nisa pusing banget, nih. Data dan fakta tidak cukup…
Halo kawan #GengBeda! Ketemu lagi bareng Sesa di musim Cancer ini. Katanya sih goncangan hidup…
Assalamualaikum ukhti dan akhi! Balik lagi bersama Nisa nih, semoga ngga bosen yah sama Cerita…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Balik lagi nih sama Nisa si remaja masjid yang…