Haiiiiii Sobat Muda~
Sesa di sini, mau ngenalin Sobat Frida Kimfricung. Sobat baru Sesa nih. Frida suka menyebut dirinya sebagai “si penggerutu”. Sesa takjub dengan Frida karena ia tahu apa yang ia harus lakukan. Sesa emang butuh teman seperti Frida supaya energi positifnya bisa tertular ke Sesa. Hihihi. Frida memilih untuk mengambil peran untuk menentang status quo dalam hal apapun. Artinya Frida gak akan tinggal diam jika ada keadaan yang gak sesuai nih dalam hidup sehari-hari. Ia harus mengambil tindakan dan membuat itu sebagaimana mestinya. Sesa ngobrol sama Frida lebih jauh soal itu, begini katanya…
Aku selalu mempertanyakan hal-hal termasuk nilai-nilai yang kuyakini sendiri. Seringkali ini meninggalkanku dalam keadaan kebingungan. Secara spesifik aku melabeli diriku sebagai feminis. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa label itu tidak penting. Tapi seperti kata Elie Wiesel, aku percaya bahwa kita harus memihak karena netralitas hanya akan membantu si penindas, bukan korbannya. Dan seperti kata Chimamanda Ngozi Adichie, bahwa jika kita memilih melabeli diri sebagai humanis (misalnya) alih-alih feminis, maka itu seperti menyangkal masalah sebenarnya. Masalahnya itu bukan tentang “menjadi manusia”, melainkan secara spesifik tentang “menjadi manusia perempuan” (juga manusia dari kelompok-kelompok lain yang termarjinalisasikan). Nah, makanya penting bagiku untuk menyematkan label ini sebagai cara untuk mendefinisikan diri dan menjadi kompas kesadaran atas hal-hal yang kuputuskan dan kulakukan.
Gimana? Sobat Frida sangat inspirasionalkaaannn! Sebagai perempuan emang harus punya kata-kata ajaib untuk membuat diri sendiri bangkit, produktif, dan berkarya. Asiek! Mendengar cerita dia tentang dirinya, Sesa terus pengen tahu lebih dalem soal Frida Kimfricung. Jadi, Sesa tanya apa aktivitasnya sehari-hari.
Ternyata, Frida menghabiskan waktu 7-8 jam pada hari kerja sebagai engineering staff di Pusat Teknologi Roket (LAPAN) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Waaooooww! Di luar jam kerjanya, ia memberikan cinta dan kasih sayang untuk dirinya sendiri dengan cardio HIIT workout, yoga, mengerjakan proyek pribadi, menonton film, membaca buku, dan bermain dengan kucing. Ia bilang, suka menjadi PNS karena ia bisa mengatur work-life-balance. Sehingga di hari libur, ia bisa menghabiskan waktu untuk melanjutkan proyek pribadinya, menghadiri acara tertentu, seperti talkshow, bareng teman-teman, beberes, atau bahkan rebahan~ Namun, baru-baru ini ia mulai melibatkan diri dalam gerakan Extinction Rebellion Indonesia, secara spesifik untuk menyiapkan kegiatan “Jeda untuk Iklim”.
Wadidaw! Sesa semakin ingin tahu lebih banyak nih tentang Frida. Jadi, waktu itu Sesa tanya soal apa yang memantik dia untuk mengambil peran dalam menyuarakan isu feminisme di media sosial. Sesa tanya spesifik di media sosial soale Sesa tahu dia seorang perempuan muda, PNS pula, yang aktif menggunakan media sosial. Lalu, hati-hati klean tercengang dengan jawabannya. Ini jawabannya…
Kasus Agni adalah yang pertama menjadi pemantik untuk turut serta bersuara mengampanyekan semangat feminisme di media sosial. Dukungan untuk Agni begitu masif dan kupikir ini juga mengubah hidupku. Sejak itu aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan pernah diam (tentunya dengan tidak gegabah). Kampanye daringku kemudian menjangkau publik yang lebih luas dan aku jadi mengenal banyak kawan dari jaringan feminisme sejak aku membuat serangkaian infografik tentang RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (bisa diunduh di bit.ly/MengapaRUUPKS).
Meskipun memang, Frida belum mempunyai akun atau gerakan yang secara formal ia ikuti. Ia hanya ingin memberikan kebebasan buat dirinya sebagai perempuan muda untuk berekspresi dan berkarya serta membagikan segala hal yang perlu diketahui oleh publik. Nah, Sesa penasaran gimana awalnya ia berkecimpung menyuarakan pendapatnya. Ternyata melalui tulisan panjang di kepsyen unggahan di Instagram yang disertai gambar/foto/video yang sesuai. Ia juga sering bicara lewat IG story tentang isu-isu tematik beserta opininya, kadang berupa tulisan pendek, kadang agak panjang, kadang sekadar repost dari akun-akun komunitas feminis. Yang gak kalah penting, ia menyuarakan melalui infografik, yang kadang kubuat atas inisiatif sendiri, kadang juga atas kerja sama dengan komunitas tertentu, itu sudah mencapai level selanjutnya. Sejak itu, Frida selalu berusaha menggabungkan tulisan dengan grafis. Dulu ia pernah berencana ingin menulis di Medium berupa ulasan studi-studi ilmiah seputar gender agar lebih banyak kalangan yang bisa dijangkau. Namun, niatnya itu belum terlaksana secara optimal. Ya, menurut Sesa gak apa-apa. Ada niat itu sudah bagus banget, karena akan selalu teringat ketika belum dilaksanakan. Kalo udah kejadian, pasti langsung ingin lagi dan ingin lagi.
Sudah cukup banyak nih #BanyakKenalan sama Frida. Sebelum mengakhiri cerita tentang sobat baru Sesa, nih ada kata-kata ajaib buat Sobat Muda dari Frida. Semoga menguatkan yes!
Aku percaya bahwa hal terpenting di dunia ini adalah kesadaran—awareness. Begitu pikiranmu dicelikkan dan kau sadar mengenai masalah gender dan masalah ketidakadilan sosial lain, meski rasanya kau ingin menjadi tidak sadar saja karena “ignorance is a bliss”, tolong ingat bahwa dekonstruksi atas status quo yang kadung mendarah daging secara sistemik di masyarakat ini membutuhkan usaha masif dan kontinu, dan membutuhkan orang-orang yang sadar seperti kamu untuk berani bersuara. Mari, kita bergerak bersama!