Halo kawan #GengBeda! Kalian kangen gak, sih sama Pedro? Pedro kangen banget nih sama kalian. Banyak banget yang pengen Pedro ceritain, tapi satu per satu ya hehe.
Baru-baru ini, Pedro punya kawan baru yang homeschooling. Pedro penasaran banget nih, gimana ya Kawan #GengBeda yang merupakan homeschooler ini belajar mengenai ketubuhannya? Gimana kalau mereka memutuskan gak belajar biologi karena gak sesuai aja dengan minat dan bakat? Padahal, belajar tentang ketubuhan, diri sendiri, dan relasi dengan orang lain aja di sekolah formal masih jadi perdebatan nih gengs mau dimasukkin ke kurikulumnya seperti apa.
Terkait hal ini, Pedro menemukan berita kalau di tahun 2019 lalu, ratusan orang tua di California melakukan demo terhadap kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Kespro) yang “katanya” terlalu meng-exspose konten seksual ke anak-anak mereka. Padahal, menurut Laura Kanter, Direktur Kebijakan, Advokasi dan Layanan Anak Muda di Pusat Keberagaman di Orange County, para orang tua ini yang sudah oversexualized materi Kesehatan Reproduksi dan menghubungkan semuanya hanya ke seks, seks, dan seks semata. Karena Pedro butuh perspektif tambahan nih, Pedro menemukan pendapat Najeela Shihab yang melihat kalau sebenarnya kespro tuh gak cukup hanya dimasukkan ke kurikulum. Harus ada pendidikan di keluarga yang dilakukan di luar sekolah serta kemampuan guru dan orang tua buat ngebuka percakapan tentang kesehatan reproduksi ini.
Kemudian nih, muncul lagi kegundahan lain Pedro. Pedro kepikiran tentang interaksi sosial Kawan #GengBeda homeschooler yang gak sebanyak interaksi anak-anak sekolah formal huhu. Dalam pendidikan Kespro kan bukan hanya ketubuhan yang dipelajari, tapi bagaimana hubungan ketubuhan ini dengan interaksi antar manusia. Untungnya, kegelisahan ini terjawab dari chit-chat lucu Pedro bersama orang tua homeschooler dan (yang dulu pernah menjadi) homeschooler!
Jadi Pedro berhasil ngobrol sama Mbak Etha yang punya anak homeschooler dan Kak Ninies yang pernah ngerasain jadi homeschooler. Mereka punya alasan berbeda kenapa memilih homeschooling dibanding sekolah formal. Kalau Mbak Etha berpikir saat ini sekolah formal terlalu banyak menyita waktu dan tidak semua pelajarannya relevan dengan kehidupan saat ini. Maka, dia memilih untuk menyekolahkan anaknya di homeschooling agar waktu belajar lebih efektif dan ilmu yang dipelajari relevan dengan situasi kehidupan saat ini. Nah, kalau Kak Ninies beda lagi. Dia bilang kalau dia gak terlalu suka suasana kelas, meski sudah pernah merasakan sekolah formal sampai 4 SD. Ini dipicu oleh ejekan yang sering dia dapatkan dari teman sekelasnya dan juga tingkah pervert dari gurunya. Pilihannya juga dikuatkan dengan kesibukannya saat itu di dunia akting yang memantapkan dia untuk memilih homeschooling. Bahkan seorang Ninies yang berumur 14 tahun di tingkat SMP sempat bergabung menjadi relawan di Jurnal Perempuan dan mendapatkan interaksi sosial yang ia takutkan tidak bisa didapatkan sebelumnya. Wah, salut ya!
Nah, kembali lagi ke pembahasan kita nih Sobat, Mbak Etha dan Kak Ninies sepakat bahwa pendidikan Kespro bagi homeschooler itu penting. Penting bagi orang tua untuk selalu update pendidikan kespro terkini dan menjadi lebih terbuka akan dunia anaknya. Bagi Kak Ninies, kespro memang tidak masuk nih dalam kurikulum homeschooling-nya. Namun, pembicaraan terkait ketubuhan sudah dimulai sejak ia pubertas dan dijadikan hal yang bisa didiskusikan bersama orang tua. Namun, perlu #GengBeda ingat juga bahwa tidak semua keluarga beruntung bisa membicarakan soal ketubuhan dalam percakapan sehari-hari. Di sinilah peran negara perlu ada untuk memberikan informasi dasar nih tentang kespro. Sesederhana menyediakan informasi tentang bagaimana cara cuci tangan menggunakan sabun, membuang sampah pada tempatnya, dan informasi dasar lainnya hehe.
Lalu Pedro juga dikasih tahu Mbak Etha kalau homeschooler tidak terbatas lingkup pertemanan alias bisa temenan dengan siapa saja. Waw! Nah beberapa komunitas homeschooling juga sering loh mengadakan gathering rutin. Mbak Etha juga banyak mengikutsertakan anaknya ke berbagai macam kursus yang anaknya gemari. Dari sanalah mereka mendapatkan banyak teman. Dan menurut Mbak Etha nih, karena bisa berteman dengan siapa saja, disinilah tantangan nyata bagi orang tua yang ingin menjelaskan tentang Kespro kepada anaknya. “Harus lebih jelas (dalam menyampaikan penjelasan)”, kata Mbak Etha. Hal ini diamini oleh Kak Ninies juga, nih. Menurutnya, teman-teman homeschooler harus bisa memiliki kegiatan yang membuat mereka bersosialisasi dalam subjek yang memang mereka pilih dan senangi. Bisa menyesuaikan dengan hobi ataupun karakteristik anak. Mantap!
Kak Ninies juga menambahkan tips and trick bagi pembelajaran kespro nih: stop membanding-bandingkan apa yang dialami orang tua dan yang dialami anak pada masa kini. Orang tua harus bisa menumbuhkan kesadaran bahwa it is what it is now. Dengan itu, orang tua para homeschooler bisa menggunakan sepatu dan kacamata sekarang serta bersikap lebih terbuka untuk menerima informasi baru yang mungkin bisa membuat “shock”. Pedro setuju sih ini. Pedro juga tersentil nih jadinya dengan konservatisme dan kecintaan yang berlebih pada suatu paham yang bisa banget merugikan pembelajaran kespro bagi para homeschooler: bisa aja karena menganggap seksualitas itu tabu akhirnya ditutup deh akses informasi anak kepada ilmu pengetahuan. Selain itu, Pedro juga percaya penting banget bagi orang tua untuk mencontohkan hal baik kepada anak agar pembelajaran kespro ini menjadi masuk akal. Misalnya dengan tidak melakukan kekerasan dalam keluarga dan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota keluarga untuk bersuara. Kalau mengutip Kak Ninies nih, “Hal-hal ini bukan hanya bisa menimpa orang-orang dari ekonomi rendah, namun dari semua kelas ekonomi”. Pedro agree banget, kak!
Pedro juga mau berbagi lebih lanjut nih. Pedro menemukan fakta bahwa banyak orang tua homeschooler yang pingin ngajarin tentang kespro namun gak pernah mengikuti atau dapet pendidikan tentang kespro. Selain itu, banyak juga loh ternyata yang sudah ada niat mengajarkan namun masih gagap karena pembicaraan ini bukan lagi suatu yang dilakukan setiap hari. Nah, dengan ini Pedro mempersembahkan dua platform online yang bisa orang tua homeschooler serta homeschooler dari SD-SMA bisa gunakan untuk belajar kespro yang aman dan nyaman. Ada beberapa nih, yaitu Amaze.org (dalam bahasa Inggris), Skata.info (Kampanye 1001 Cara Bicara), dan infomuda.id (Beda Itu Biasa). Di Amaze.org, sobat muda bisa mendapatkan informasi seputar kespro yang dikemas secara menarik dan penuh warna dalam bahasa inggris, cocok banget buat mengajarkan atau belajar bahasa Inggris juga! Beda lagi dengan Skata.info yang memberikan konten pendidikan kespro dalam bahasa Indonesia. Terakhir, tentu saja infomuda.id yang menawarkan pendidikan kespro dengan lensa isu-isu terkini yang dijamin membuat kalian semangat terus baca sampe abis hehe.
Semangat belajar ya kawan #GengBeda yang homeschooling!
Sumber:
Abdulhak, Ishak dan Suprayogi, Ugi. 2012. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyadi, Seto. 2007. Homeschooling Keluarga kak-Seto. Bandung: Kaifa
https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-karakteristik-jenis-dan-metode-homeschooling.html
Wawancara dengan Margaretha Saulinas (Doula) dan Nisrina Nadhifah Rahman (Aktivis HAM)
Halo Kawan #GengBeda! Ketemu lagi dengan Sesa dan Pedro. Kami ingin ngobrol bareng kamu, nih,…
Jumat malam Gema, Sesa, Pedro, Nisa dan Ibnu janjian virtual meeting seperti wiken-wiken sebelumnya. #GengBeda…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Nisa pusing banget, nih. Data dan fakta tidak cukup…
Halo kawan #GengBeda! Ketemu lagi bareng Sesa di musim Cancer ini. Katanya sih goncangan hidup…
Assalamualaikum ukhti dan akhi! Balik lagi bersama Nisa nih, semoga ngga bosen yah sama Cerita…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Balik lagi nih sama Nisa si remaja masjid yang…