Assalamualaikum ukhti dan akhi,
Tepat di hari ini, 10 November 2020 kita semua merayakan Hari Pahlawan. Kalau kita mundur ke tahun 1945, pada hari ini di Kota Surabaya sedang terjadi sebuah pertempuran besar antara rakyat Surabaya yang melawan sekutu. Kurang lebih 20.000 rakyat Surabaya gugur demi menyelamatkan martabat bangsa Indonesia. Setahun kemudian Presiden Soekarno secara resmi menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Nah, tapi Ibnu merasa kalau tahun ini perayaan Hari Pahlawan sangat berbeda. Jika biasanya ada upacara yang digelar untuk mengenang jasa para pahlawan di sekolah-sekolah dan kantor pemerintahan, kali ini upacara seperti itu tidak bisa diadakan karena kita semua harus “menjaga-jarak” karena kondisi pandemi yang tak kunjung membaik.
Belum lagi, bulan lalu aksi demonstrasi Mosi Tidak Percaya yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa dan buruh di hampir seluruh kota di Indonesia justru mendapat tekanan dari negara. Banyak teman-teman Ibnu yang mengalami tindak kekerasan oleh aparatur negara mulai dari penembakan gas air mata secara berlebihan, dipukuli, ditangkap, hingga tidak diperbolehkan bertemu dengan tim hukum. Bukan hanya massa aksi, tetapi para jurnalis juga mendapat ancaman hingga perampasan oleh aparatur negara.
Semua yang terjadi di tahun ini benar-benar membuat pikiran dan perasaan Ibnu kacau. Ibnu jadi berpikir ulang tentang siapa yang pantas disebut pahlawan di tengah kondisi seperti ini? Mungkin dulu orang-orang yang mengangkat senjata dan mengusir penjajah dari Indonesia sangat pantas disebut pahlawan. Tapi dalam kondisi pandemi dan negara yang makin tak jelas arah kebijakannya, ada orang-orang yang lebih pantas kita sebut sebagai pahlawan. Siapa saja mereka?
Sejak kemunculan virus Covid-19 sampai menyebabkan pandemi di awal 2020 hingga kini, tenaga kesehatan tidak kenal lelah berjuang untuk membantu proses penyembuhan dan pencegahan penyebaran virus ini. Mereka adalah orang-orang yang selalu siap di garda terdepan untuk menangani pandemi. Tidak sedikit tenaga kesehatan yang pada akhirnya harus gugur dalam tugasnya karena tertular covid-19 saat menangani pasien.
Sayangnya, Ibnu masih miris melihat banyak orang yang justru sempat menolak keberadaan mereka. Beberapa di antara mereka diancam oleh warga, diusir dari tempat tinggalnya bahkan ada yang sekeluarga dikucilkan oleh para tetangga. Tidak cukup sampai di situ, tenaga kesehatan di Surabaya juga sempat dilempari kotoran manusia saat hendak menjemput pasien.
Entah ini perasaan Ibnu saja atau memang benar adanya, rasanya suara sirine ambulans jadi lebih sering terdengar tahun ini. Pagi, siang, bahkan malam hari. Apa ukhti dan akhi juga punya perasaan seperti Ibnu? Di masa pandemi ini hilir mudik ambulans menjadi lebih sering. Ini karena banyaknya pasien covid-19 yang harus dibawa ke rumah sakit maupun yang harus dimakamkan karena meninggal dunia. Bahkan, seorang supir ambulans pernah bercerita haru karena dia tidak bisa bertemu keluarga karena setiap hari harus mengantar puluhan jenazah covid-19. Tentu itu bukan hal yang mudah, bukan?
Lalu, ada pula petugas pemakaman jenazah yang selalu siap membantu mengurus penguburan jenazah pasien covid-19. Mereka juga bekerja dari pagi hingga malam sepanjang pandemi ini. Bahkan menurut data, di DKI Jakarta saja sepanjang Maret hingga September lalu jumlah jenazah yang harus dimakamkan oleh para petugas sebanyak 6.493 jenazah. Sayangnya, di Palangkaraya petugas pemakaman jenazah covid-19 justru mengalami tindak penganiayaan dari keluarga korban yang tidak terima anggota keluarganya dinyatakan meninggal dunia karena covid-19.
Ini nih yang bikin Ibnu gregetan. Kenapa sih, aparatur negara tuh sering banget melakukan tindakan sewenang-wenang kepada massa aksi? Nah, masih hangat di ingatan kita semua kebijakan UU Cipta Kerja yang “dipaksa” penyusunan hingga pengesahannya. Tentu kebijakan penyusunan undang-undang yang tidak berpihak pada rakyat ini banyak mendapatkan penolakan. Salah satu penolakan UU Cipta Kerja ini dilakukan dengan cara turun ke jalan.
Kadang, Ibnu juga khawatir jika pilihan untuk turun ke jalan yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa dan buruh ini akan berbahaya bagi kesehatan mereka karena sedang masa pandemi. Tapi, nyatanya mereka justru lebih mengkhawatirkan nasib rakyat yang terdampak karena pengesahan UU Cipta Kerja ini. Salut banget Ibnu dengan mereka.
Sayangnya, massa aksi Mosi Tidak Percaya yang menolak UU Cipta Kerja ini justru mendapat serangan dari aparatur negara. Berdasarkan data Kontras, aksi ini diwarnai dengan upaya pembungkaman lewat ancaman di ranah pendidikan, pencegatan dan penangkapan, hingga serangan digital lewat framing buruk aktivis, penyerang akun media sosial, dan pengambilalihan paksa nomor hotline bantuan hukum. Selain upaya pembungkaman, negara juga melakukan tindakan brutalitas dan intimidasi kepada massa aksi. Tindakan ini dilakukan dengan penembakan gas air mata berlebihan, pemukulan, perampasan alat komunikasi, penangkapan, penghapusan data-data digital hingga penangkapan sewenang-wenang.
Nah, itu dia yang menurut Ibnu pantas mendapat gelar “pahlawan” pada tahun 2020 ini yang cenderung abu-abu alias membuat miris, baik karena pandemi maupun karena situasi sosial dan politik di negeri ini. Sudah seharusnya kita menghargai tenaga kesehatan, supir ambulans, dan petugas pemakaman yang membantu menangani masalah pandemi covid-19 ini. Tidak lupa, sudah sepatutnya kita juga berterima kasih kepada massa aksi mulai dari buruh dan mahasiswa serta jurnalis yang terus mengawal dan menyerukan penolakan atas kebijakan-kebijakan negara yang tidak berpihak pada rakyat.
Sumber:
Alinea, Polisi Periksa Penganiaya 5 Petugas Pemakaman Jenazah Covid, https://www.alinea.id/nasional/polisi-periksa-penganiaya-5-petugas-pemakaman-jenazah-covid-b1ZQx9vR8
Grid, Tak Kuasa Menahan Air Mata, Sopir Ambulan Cerita Setiap Hari Antar Puluhan Jenazah Pasien Corona: Saya Juga Punya Keluarga, https://hype.grid.id/read/432109474/tak-kuasa-menahan-air-mata-sopir-ambulan-ceritakan-setiap-hari-antar-puluhan-jenazah-pasien-corona-saya-juga-punya-keluarga?page=all
Kontras, Temuan Tindakan Kekerasan Aparat Pembungkaman Terhadap Aksi Aksi Protes Menolak Omnibus Law di Berbagai Wilayah, https://kontras.org/2020/10/25/temuan-tindakan-kekerasan-aparat-pembungkaman-negara-terhadap-aksi-aksi-protes-menolak-omnibus-law-di-berbagai-wilayah/
Kompas, Duka Perawat Pasien Covid-19 Diusir Dari Kontrakan Hingga Gugur dalam Tugas, https://nasional.kompas.com/read/2020/04/19/12252611/duka-perawat-pasien-covid-19-diusir-dari-kontrakan-hingga-gugur-dalam-tugas
Kompas, Tenaga Kesehatan yang Dilumuri Kotoran Manusia Dapat Ancaman Lewat SMS, https://surabaya.kompas.com/read/2020/10/02/21022341/tenaga-kesehatan-yang-dilumuri-kotoran-manusia-dapat-ancaman-lewat-sms
Tirto, Hari Pahlawan 10 November 2020: Sejarah Pertempuran Surabaya, https://tirto.id/hari-pahlawan-10-november-2020-sejarah-pertempuran-surabaya-1945-f6QT
Tirto, 6.493 Jenazah Dimakamkan Pakai Protokol Covid 19 di DKI, https://tirto.id/6493-jenazah-dimakamkan-pakai-protokol-covid-19-di-dki-f5rb
Halo Kawan #GengBeda! Ketemu lagi dengan Sesa dan Pedro. Kami ingin ngobrol bareng kamu, nih,…
Jumat malam Gema, Sesa, Pedro, Nisa dan Ibnu janjian virtual meeting seperti wiken-wiken sebelumnya. #GengBeda…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Nisa pusing banget, nih. Data dan fakta tidak cukup…
Halo kawan #GengBeda! Ketemu lagi bareng Sesa di musim Cancer ini. Katanya sih goncangan hidup…
Assalamualaikum ukhti dan akhi! Balik lagi bersama Nisa nih, semoga ngga bosen yah sama Cerita…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Balik lagi nih sama Nisa si remaja masjid yang…