Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda.
Balik lagi nih sama Nisa si remaja masjid yang imut dan ceria setiap harinya! Meskipun Nisa identik dengan keceriaan bukan berarti hidup Nisa nggak pernah sedih atau terpuruk. Kayak di minggu-minggu ini, Nisa lagi galau banget.
Please, please, kalian harus baca sampe abis. Ini bukan lagi galauin drama korea “Move to Heaven”, tapi ini dijamin bikin kalian lebih sedih dari itu! Jadi, Nisa baru aja nonton beberapa serial film dokumenter tentang Child Labour alias Pekerja Usia Anak/Pekerja Anak. Nisa mencuri waktu untuk nonton ini karena hari ini bertepatan dengan Hari Anti Pekerja Anak Sedunia (Inggris: World Day Against Child Labour). Pekerja Usia Anak yang dimaksud adalah anak usia 4-18 tahun yang bekerja pada semua jenis pekerjaan yang membahayakan atau mengganggu fisik, mental, intelektual dan moral.
Realitanya, Pekerja Anak masih sangat nyata ada di dalam masyarakat kita. Bayangin aja, menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2019, Pekerja Anak di Indonesia mencapai 1,6 juta. Fenomena Pekerja Anak yang melanggengkan praktik eksploitasi seksual anak, bukan cuma ada di Indonesia tapi juga menjadi realita yang ada di berbagai negara di dunia. Duh Nisa nulis ini sampe gemeteran asli.
Di hari yang penting ini, biar semua kawan #GengBeda bisa sama-sama memulai mengedukasi diri tentang pil pahit Pekerja Anak, Nisa mau rekomendasiin tontonan weekend berfaedah tentang kehidupan pekerja anak di berbagai wilayah di dunia agar kalian lihat sendiri perjuangan hidup mereka, Nisa jamin bikin geleng-geleng kepala.
Nameless, pekerja anak yang identitas namanya diubah dan dieksploitasi 🙁
Film dokumenter ini dirilis pada tahun 2019 yang saat ini sudah mendapatkan 180 ribu penonton dan 1700 like. Film ini melibatkan 15 orang yang diwawancarai dan berfokus pada bagaimana perdagangan anak terjadi, siapa saja yang paling merasakan dampak dan rentan untuk menjadi pekerja anak, dan apa saja yang bisa dilakukan masyarakat untuk menghentikan dan mencegah anak-anak menjadi korban.
Di dalam film ini juga dijelaskan kronologi tentang tipe-tipe perdagangan anak seperti Family Controlled, Survival Sex, Gang Controlled dan Pimp Controlled (Baca: https://thebakhitafoundation.com/sex-trafficking/types-of-sex-trafficking/).Ternyata faktor lingkungan sosial yang menyebabkan anak menjadi korban itu nyata. Anak-anak ini berada di bawah kendali orang yang tidak bertanggung jawab dan bahkan seperti “terjebak” dalam lingkaran setan.
Anak-anak yang menjadi target eksploitasi biasanya adalah mereka yang tidak mendapat dukungan dan kasih sayang dari teman atau orang terdekatnya serta bisa juga karena himpitan ekonomi.
Kalo ngomongin make-up pasti gak ada habisnya, ya? Trend make-up saat ini melonjak pesat dan banyak influencer atau beauty vlogger yang meng-endorse beberapa produk make-up dari seluruh dunia. Alhasil trend make up semakin meningkat.
Tapi tau gak sih kawan, ternyata dibalik brand kosmetik yang kita kenal, terdapat kisah kelam di belakangnya. Di Jharkhand, salah satu kota di India, ANAK MENJADI PEKERJA untuk mencari Mica, salah satu bahan mineral untuk membuat produk pemulas wajah seperti highlighter. Sejak usia 4-5 tahun mereka sudah masuk kedalam pertambangan. Jelas, di tempat anak-anak tersebut bekerja sangat berbahaya dan berisiko, karena mereka mau gak mau datang ke lokasi pertambangan yang pada dasarnya memang gak aman bagi fisik dan psikis anak.
Salah satu anak bahkan berkata: “Jika saya tidak melakukan kerja ini sejak kecil, mungkin saya akan menjadi sangat kelaparan”. Sedih ya 🙁
Nah, kalau ini film dokumenter tentang advokasi perdagangan anak. I am Jane Doe mengisahkan perjuangan hukum dari beberapa ibu di Amerika Serikat terhadap anak perempuan mereka, yang diperdagangkan untuk menjadi pekerja seks pada situs “Backpage.com”, situs web periklanan terklasifikasi yang dulunya dimiliki oleh Village Voice. Jahat banget gak si situsnya 🙁 Film ini disutradarai oleh Marry Mazio yang telah berpengalaman dalam dunia perfilman.
Nah di dalam film, ibu-ibu ini gak gampang dapet apa yang mereka tuntut. Justru ketika menuntut, mereka menghadapi tekanan yang signifikan dari hakim, perusahaan, dan undang-undang yang udah ketinggalan zaman. Termasuk yang memungkinkan situs web menolak tanggung jawab atas iklan yang menjual anak perempuan.
Film ini dirilis pada tahun 2017 dan akhirnya setelah perjuangan satu tahun, pada tahun 2018, Backpage.com memposting pemberitahuan bahwa FBI telah menyita situs tersebut. Film ini bisa diakses di Netflix dan 50% laba film tersebut akan diberikan kepada organisasi-organisasi nirlaba yang memberikan bantuan bagi anak-anak yang menjadi korban.
Alhamdulillah Nisa udah kasih tiga rekomendasi film dan sedikit spoiler-nya. Sekadar mengingatkan, film dokumenter ini hanya sebagian saja dari banyak dokumenter lain yang menceritakan tentang pekerja anak. Masih banyak kisah nyata lainnya terkait pekerja anak yang mengalami eksploitasi termasuk di Indonesia. Seperti baru-baru ini di Indonesia, aktor usia anak yang bermain di sinetron Indosiar, Suara Hati Istri, memerankan adegan sebagai istri ke-3. Ada juga pekerja anak yang sampai saat ini masih bekerja di lahan kelapa sawit serta sejumlah pekerja anak di wilayah perkebunan tembakau yang bekerja dalam situasi dan kegiatan yang dianggap berbahaya.
Fenomena-fenomena seperti ini menjadi gambaran bahwa isu pekerja anak di Indonesia masih belum selesai. Yuk, coba kita tengok kanan-kiri kita apa masih ada anak yang dieksploitasi, apa masih kita temukan pekerja yang berada pada usia anak. Kita sama-sama mengingatkan ya, bukan hanya sholat, puasa, zakat dan pergi haji aja yang wajib ukhti dan akhi, tetapi mensejahterakan anak juga penting dilakukan sebagaimana disampaikan melalui ayat berikut:
”Dan jangan kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (QS: al-Isra’: 31).
Happy World Day Against Child Labour!
Sumber :
Nanang Syaifudin, Ayu Andini. 2020. “Pekerja Anak di Indonesia Masih Jauh dari Nol”. https://lokadata.id/artikel/pekerja-anak-di-indonesia-masih-jauh-dari-nol. Diakses pada 4 Juni 2021.
IamJanDoeFilm.com. 2017. “I am Jan Doe”. https://www.iamjanedoefilm.com/the-film/ diakses pada 4 Juni 2021.
Zaqi, Muhammad. 2014. “Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam”. Jakarta, Vol. 6 No.2 ASAS
Suara.com. 2021. “Kompaks Kecam Suara Hati Istri Indosiar”. https://www.suara.com/news//kompaks-kecam-sinetron-suara-hati-istri-indosiar-langgengkan-perkawinan-anak diakses pada 5 Juni 2021
CNN. 2020. “Studi: Perkebunan Tembakau Libatkan Pekerja Anak”. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200624152718-92-516963/studi-perkebunan-tembakau-libatkan-pekerja-anak diakses pada 5 Juni 2021
Cision PR Newswire. 2019. “Nameless’ Film Premieres Addressing Child Sex Trafficking in Nation’s Capital”. https://www.prnewswire.com/news-releases/nameless-film-premieres-addressing-child-sex-trafficking-in-nations-capital-300836639.html. Diakses pada 4 Juni 2021.
Bakhita. 2016. “Types of Sex Trafficking”. https://thebakhitafoundation.com/sex-trafficking/types-of-sex-trafficking/ diakses pada 5 Juni 2021
Youtube. 2019. “Nameless: a Documentary about Child Sex Trafficking. https://www.youtube.com/watch?v=kPC6esXqX3U. Diakses pada 3 Juni 2021.
Youtube. 2019. “The Dark Secret Behind Your Favorite Makeup Products”.https://www.youtube.com/watch?v=IeR-h9C2fgc. Diakses pada 3 Juni 2021
Penulis: Annisa Inayah
Halo Kawan #GengBeda! Ketemu lagi dengan Sesa dan Pedro. Kami ingin ngobrol bareng kamu, nih,…
Jumat malam Gema, Sesa, Pedro, Nisa dan Ibnu janjian virtual meeting seperti wiken-wiken sebelumnya. #GengBeda…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Nisa pusing banget, nih. Data dan fakta tidak cukup…
Halo kawan #GengBeda! Ketemu lagi bareng Sesa di musim Cancer ini. Katanya sih goncangan hidup…
Assalamualaikum ukhti dan akhi! Balik lagi bersama Nisa nih, semoga ngga bosen yah sama Cerita…
Hi, kawan #GengBeda! Hari ini 1 Juni bertepatan dengan Hari Anak-Anak Sedunia. Sayangnya malah banyak…