Adanya hype dari Piala Dunia 2018 selama satu bulan ini memang telah memperlihatkan bahwa olahraga telah menjadi sebuah kegiatan yang sudah menjangkau mayoritas penduduk di dunia. Olahraga sepak bola dengan komposisi umum penjaga gawang, penyerang, pemain bertahan, dan gelandang ini dikenal dengan secara khusus sebagai olahraga laki-laki. Tidak hanya olahraga sepak bola, hari ini kita masih melihat juga kebanyakan olahraga merupakan sesuatu yang memang dilakukan oleh laki-lak, seperti misalnya sepak bola, rugbi, basket. Padahal banyak perempuan yang juga berprestasi dalam dunia olahraga-olahraga tersebut.
Sejarah Perempuan dalam Dunia Olahraga
Representasi perempuan dalam olahraga memang membutuhkan perjalanan yang panjang, sebab masa dahulu tubuh perempuan dianggap berdosa dan memalukan oleh hukum gereja sehingga tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas olahraga. Pada abad ke-19 mulai ada framing bahwa perempuan kulit hitam dianggap berotot dan lebih kuat sehingga lebih pantas untuk melakukan aktivitas olahraga atau kegiatan fisik lainnya. Stereotipe untuk perempuan berkulit hitam ini dikenal dengan sebutan the ugly evidence of working black women. Sedangkan perempuan kulit putih dianggap sebagai makhluk yang lemah dan harus menjaga tubuhnya. [1]
Hingga kemudian, stereotip olahraga hanya untuk laki-laki terbantahkan dengan peran perempuan dalam olahraga berkuda, panahan, golf, tenis, ski, dan skating. Meski olahraga-olahraga tersebut hanya bisa dinikmati oleh kelompok perempuan kelas atas. Perempuan mulai diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam Olympic Games kedua, yang mana terdaftar sebanyak 12 atlet perempuan dari 1066 atlet dari 19 negara di tahun 1900. Mereka bertanding di cabang olahraga golf dan tenis. Pada Olympic Games ketiga, perempuan hanya masuk ke cabang panah dan di edisi keempat mulai masuk ke cabang panahan, skating, tenis. Pada edisi kelima, olahragawan perempuan masuk ke cabang diving, renang dan tenis. Penentuan untuk perempuan bisa berpartisipasi ini adalah melihat cabang olahraga mana yang termasuk ke dalam “feminine sport”, di mana hal ini diartikan sebagai olahraga yang terlihat pantas untuk perempuan saja. Namun, untuk mengikuti olahraga ini, para perempuan yang ikut serta diharapkan bisa untuk memproteksi dirinya dari cedera agar tetap bisa mempertahankan tubuhnya supaya tetap terjaga. Hingga sekarang, representasi perempuan dalam olahraga hari ini pun juga belum inklusif karena masih ada dalam lingkaran perempuan kulit putih dan di kelas atas saja.
Mulai terbukanya perwakilan perempuan dalam dunia olahraga, sama dengan membantu perempuan dalam perbaikan kualitas kesehatannya. Menurut the Women Sport Foundation bahwa perempuan yang berolahraga cenderung akan lebih baik dalam menghadapi pelajaran di sekolah, mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar, memiliki nilai-nilai afektif positif untuk melakukan interaksi antar sesama, dan manfaat lainnya yang membantu produktivitas perempuan. Di sini muncul gambaran bahwa perempuan yang sehat adalah mereka yang “tall and healthy”. Salah satunya adalah dengan menggunakan sarana olahraga untuk bisa memperbaiki kesehatan dari para perempuan, sehingga nantinya bila sudah saatnya untuk mempunyai anak, kematian ibu bisa dihindari.
Representasi Perempuan dalam Olahraga
Hari ini kita dapat menyaksikan banyaknya representasi perempuan dalam dunia olahraga. Hal tersebut didokumentasikan oleh Gender Balance in Global Sport Report pada tahun 2016 yang menunjukkan bahwa:
Berikut ini adalah tabel jumlah atlet perempuan dalam Olimpiade Musim panas dan Musim Dingin dari tahun 1900-2016.
Meski persentasenya masih di bawah 50%, representasi perempuan pada olahraga bisa dilihat sebagai sebuah batu loncatan atas terbukanya pemahaman masyarakat bahwa perempuan juga memiliki hak untuk menjadi atlet. Meski begitu, perlu juga ditanamkan bahwa representasi perempuan tidak hanya untuk kebutuhan pemenuhan keterwakilan gender, tetapi juga kapabilitas perempuan menjadi olahragawan.
Figur Perempuan dalam Dunia Olahraga
Seperti yang kita ketahui sekarang, perempuan dalam dunia olahraga pun akhirnya dilihat sebagai sesuatu yang spesial bagi para pecinta olahraga. Sehingga, muncul atlet-atlet perempuan dalam olahraga yang mengharumkan nama negara dengan prestasi-prestasi yang mereka gadang pada masanya. Berikut ini adalah figur-figur perempuan dalam olahraga yang mempunyai segudang prestasi dan dikenal dalam dunia olahraga:
SUMBER BACAAN:
—. “Evolution of women’s sport”. Japanese Center for Research on Women in Sport < https://www.juntendo.ac.jp/athletes/en/history/ diakses tanggal 10 Juli 2018, pukul 14.35>
Berri, D. “Women in sports coming together is just a start”. Forbes, 3 Mei 2018 < https://www.forbes.com/sites/davidberri/2018/05/03/women-in-sports-coming-together-is-just-a-start/#733b9cf64af1 diakses tanggal 9 Juli 2018, pukul 17.48>
Breuer, C. dan Wagman, J. “Women’s sports history: “From strength to resistance”: Celebrating women’s history month with Dr. Bonnie Morris” UC San Diego School of Medicine, 5 April 2017 < https://gph.ucsd.edu/cgeh/BLOG/Pages/Women’sSportsHistory.aspx diakses tanggal 10 Juli, pukul 14.55>
Gregory, S. “How the #MeToo movement is about to change pro sports”. Time, 19 Desember 2017 < http://time.com/5064703/how-the-metoo-movement-is-about-to-change-pro-sports/ diakses tanggal 10 Juli 2018, pukul 19.20>
Senne, J.A. (2016). Examination of gender equity and female participation in sport. The Sport Journal, Vol. 19, Hal. 1-9
https://www.womenonboards.net/womenonboards-AU/media/AU-Reports/2016-Gender-Balance-In-Global-Sport-Report.pdf (diakses tanggal 10 Juli 2018, pukul 19.22)
https://stillmed.olympic.org/media/Document%20Library/OlympicOrg/Factsheets-Reference-Documents/Women-in-the-Olympic-Movement/Factsheet-Women-in-the-Olympic-Movement-June-2016.pdf#_ga=2.20480893.494617010.1531725474-233228428.1531725474 (diakses tanggal 10 Juli 2018, pukul 22.08)
https://www.newsday.com/sports/women-s-sports/women-pioneers-in-sports-history-1.4711159 (diakses tanggal 10 Juli 2018, pukul 22.18)
Halo Kawan #GengBeda! Ketemu lagi dengan Sesa dan Pedro. Kami ingin ngobrol bareng kamu, nih,…
Jumat malam Gema, Sesa, Pedro, Nisa dan Ibnu janjian virtual meeting seperti wiken-wiken sebelumnya. #GengBeda…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Nisa pusing banget, nih. Data dan fakta tidak cukup…
Halo kawan #GengBeda! Ketemu lagi bareng Sesa di musim Cancer ini. Katanya sih goncangan hidup…
Assalamualaikum ukhti dan akhi! Balik lagi bersama Nisa nih, semoga ngga bosen yah sama Cerita…
Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Balik lagi nih sama Nisa si remaja masjid yang…