Categories: Cerita Ibnu

Fetish 101: Yang Mungkin Belum Kamu Tahu dari Fetish!

Hai Kawan geng #Beda! Ketemu lagi dengan Pedro hihi. Udah lama banget ya Pedro kangen bangetttttttttt sama kalian. Kalian juga kan? Plis bilang iya hehe

Hari ini Pedro mau bahas tentang Fetish yang di minggu lalu udah dibahas sama si Ibnu tentang perbedaannya dengan kekerasan seksual. Nah, seperti yang kita tahu bersama kalau fetish adalah suatu gairah seksual yang muncul sebagai respon dari objek-objek atau bagian tubuh yang pada umumnya gak seksual sama sekali, kayak kaos kaki ataupun jempol kaki. Kalau tentang pengertian, Pedro yakin banget deh kalian udah pada khatam. Mari kita gali lebih dalam tentang fakta-fakta unik dan mencengangkan lainnya!

Kita bisa punya fetish terhadap apa aja, sih?

Nah, tahu gak sih kalian kalau seseorang bisa punya fetish untuk hampir semua hal atau objek tanpa terkecuali. Beberapa sumber yang Pedro baca nyebutin nih bahwa dari banyaknya objek fetish, bagian tubuh biasanya adalah yang paling banyak dimiliki, kayak jempol maupun kaki dan rambut. Selanjutnya ada hal-hal yang biasa kita gunakan di bagian tubuh tertentu, kayak stocking, kaos kaki, dll. Yang juga paling umum adalah fetish terhadap bahan karet atau bahan kulit yang membangkitkan perasaan kita ketika menyentuhnya.

Darimana sih datangnya fetish?

Kalau tentang ini, bahkan pakar perilaku seksual aja masih belum sepakat karena fetish bisa terjadi karena banyak hal hihi. Berikut beberapa teori yang Pedro rangkum dari sini untuk menjelaskan terjadinya fetish. Cekidot:

a. The brain-overlap theory

Beberapa studi menunjukkan bahwa area yang mengontrol bagian tubuh dan impuls seksual terletak di samping area yang mengontrol pelengkap dan emosi lain. Misalnya, wilayah otak yang mengelola alat kelamin terletak di wilayah yang mengelola kaki. Wilayah otak yang berdekatan ini dapat terlibat dalam crosstalk, atau aktivitas yang tumpang tindih. Dan crosstalk antara kaki dan daerah genital dapat menjelaskan mengapa fetish terhadap kaki paling umum terjadi.

b. The Pavlovian theory

Studi tentang boots pada tahun 1960 menunjukkan kalau otak mampu membentuk asosiasi seksual di sekitar objek acak bahkan ketika gak ada dorongan gairah. Jadi, jika kamu terpapar sesuatu berulang kali saat otakmu terangsang secara seksual, otak mungkin menghubungkan objek itu dengan hasrat seksual.

c. The gross-out theory

Saat kamu berada dalam kondisi gairah seksual yang tinggi, dorongan rasa jijikmu akan melemah dan hal-hal yang biasanya kamu anggap menjijikkan seperti kaki, ludah, dan kotoran mungkin tidak tampak menjijikkan. Ini hampir seperti keadaan gairah yang meningkat mengubah persepsi kamu tentang dunia dan persepsimu yang berubah tersebut mungkin membuat kamu memasukkan hal-hal yang berbeda ke dalam tindakan seksualmu.

d. The pain theory

Penelitian menunjukkan bahwa kenikmatan dan rasa sakit saat melakukan sesuatu yang seksual melibatkan pelepasan banyak bahan kimia di otak seperti endorfin dan serotonin. Ikatan kimiawi ini dapat membantu membentuk koneksi bagi beberapa orang yang mengarah pada kenikmatan rasa sakit saat berhubungan seks. Kesamaan kimiawi ini juga dapat menjelaskan “runner’s high” dan sensasi euforia lainnya yang terkait dengan sensasi fisik yang menyakitkan.

Punya Fetish tuh bahaya gak, sih?

Terkait ini, para pakar sepakat bahwa fetish secara pengertian bukanlah sebuah gangguan. Namun, perlu dicatat bahwa fetish dapat mencapai level tertentu yang bisa menyebabkan tekanan yang intens dan lama. Ketika ini terjadi, maka fetish berubah menjadi gangguan yang biasa kita sebut sebagai “Fetishistic Disorder”. Dalam level ini, fetish sulit untuk dikontrol bahkan bisa membuat seseorang tiba-tiba memutuskan untuk gak masuk kantor atau sekolah untuk mempraktikkan fetishnya. Paling parah nih, seseorang bisa sampai mencuri loh untuk mendapatkan objek fetishnya. Sering juga seseorang akan sulit memiliki hubungan seksual yang bermakna dengan pasangannya karena dihantui dengan perasaan harus fokus dengan fetishnya atau bahkan harus memiliki “me time” yang sering dengan objek fetishnya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan buat mengontrol gangguan fetish?

Terkait ini, perawatan yang paling standar termasuk dengan pemberian obat atau terapi bicara/psikoterapi dengan psikiater atau konselor. Beberapa obat dapat membantu mengurangi pemikiran kompulsif yang terkait dengan gangguan fetish ini. Sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada konseling dengan lebih sedikit gangguan.

Selain itu nih, kawan, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa menggabungkan terapi obat dengan terapi perilaku kognitif dapat menjadi efektif, meskipun penelitian tentang hasil terapi ini tetap tidak meyakinkan. Kelas obat yang disebut antiandrogen dapat menurunkan kadar testosteron secara drastis untuk sementara waktu, dan telah digunakan dalam hubungannya dengan bentuk pengobatan lain untuk gangguan fetish. Obat ini menurunkan gairah seks pada pria dan dengan demikian dapat mengurangi frekuensi pencitraan mental yang membangkitkan gairah seksual.

Ada lagi nih yang namanya teknik rekondisi yang berpusat pada umpan balik segera yang diberikan sehingga perilaku akan segera berubah. Misalnya, seseorang mungkin dihubungkan ke mesin biofeedback yang dihubungkan ke cahaya, kemudian diajarkan teknik pengaturan mandiri yang akan menjaga cahaya dalam rentang warna tertentu. Mereka kemudian berlatih melakukan ini saat dihadapkan pada materi yang merangsang secara seksual.

Sebenarnya masih banyak lagi cara-cara lain yang masuk dalam model perilaku kognitif seperti aversive conditioning, covert sensitization, dan assisted aversive conditioning yang bisa kalian baca lebih lanjut di sini.

Gimana kawan #GengBeda? Semoga makin tahu banyak ya setelah membaca ini. Sampai ketemu lagi dengan Pedro di cerita selanjutnyaaa! 🙂

Sumber:

https://www.webmd.com/sex-relationships/features/sexual-fetish##1

https://www.webmd.com/mental-health/mental-health-psychotherapy#1

https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/fetishistic-disorder

https://www.psychologytoday.com/intl/basics/cognitive-behavioral-therapy

https://www.shape.com/lifestyle/mind-and-body/your-brain-fetish

admin

Recent Posts

Kutemukan Jalan Ninja, tuk Akses Informasi HKSR secara Aman dan Nyaman!

Halo Kawan #GengBeda! Ketemu lagi dengan Sesa dan Pedro. Kami ingin ngobrol bareng kamu, nih,…

3 tahun ago

Tak selalu kepompong, Konon Beginilah Persahabatan Kawan #Geng Beda

Jumat malam Gema, Sesa, Pedro, Nisa dan Ibnu janjian virtual meeting seperti wiken-wiken sebelumnya. #GengBeda…

3 tahun ago

Ulang Tahun ke-5 RUU P-KS: Kok Masih Sebatas “Rancangan”?

Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Nisa pusing banget, nih. Data dan fakta tidak cukup…

3 tahun ago

Musim Cancer: Barang Mantan? Buang Aja!

Halo kawan #GengBeda! Ketemu lagi bareng Sesa di musim Cancer ini. Katanya sih goncangan hidup…

3 tahun ago

Kisah Klasik Nisa dan “Si Gemini”

Assalamualaikum ukhti dan akhi! Balik lagi bersama Nisa nih, semoga ngga bosen yah sama Cerita…

3 tahun ago

NISA RECOMMEND: MELIHAT SISI KELAM EKSPLOITASI PEKERJA (ANAK)

Assalamualaikum ukhti dan akhi kawan #GengBeda. Balik lagi nih sama Nisa si remaja masjid yang…

3 tahun ago