Siapa yang punya pengalaman buruk ketika menstruasi dan dijejali mitos-mitos oleh lingkungan sekitar? Pas banget, kalian nemuin tulisan ini! Mari simak sampai akhir~
Hola, Kawan #GengBeda! Yey, jumpa lagi sama Sesa. Yuk ngobrol tentang menstruasi di Hari Kebersihan Menstruasi ini! Bagi sebagian orang Indonesia dan dunia, kata ‘menstruasi’ masih cukup tabu. Masa, sih? Faktanya, masih banyak yang mengganti kata menstruasi dengan ‘halangan’, ‘datang bulan’, ‘ada tamu’, ‘dapet’, ‘m’, dan sebagainya, seakan kata menstruasi itu memalukan dan menjijikkan. Di negara Perancis, menstruasi disamarkan menjadi ‘tentara Inggris sudah datang’dan masyarakat China menggunakan kata ‘adik perempuan lagi berkunjung. Wah, ini berarti kita belum benar-benar bebas ngomongin menstruasi, ya…
Waduh, istilah-istilah di atas bakal bikin kita makin bingung, huhuhu. Kawan, menstruasi adalah hal yang normal dialami oleh perempuan ketika pubertas. Alih-alih bikin pusing, nggak ada salahnya, loh kita menyebut dengan tegas kata menstruasi ataupun haid.
Oiya, gimana pengalaman menstruasi pertama kalian? Sesa pernah baca novelnya Mira Widjaja yang judulnya “Merpati Tak Pernah Ingkar Janji”. Nah, di situ ada tokoh bernama Maria, seorang remaja putri yang mengalami haid pertamanya di sekolah. Kalian tahu nggak apa yang terjadi? Maria pergi ke toilet dan berteriak ketakutan melihat vaginanya mengeluarkan darah! Banyak teman yang mencemooh dari luar. Untungnya, Suster Cecilia dan guru menjelaskan kepada Maria kalau ia sedang haid pertama dan merawatnya di ruang UKS. Suster Cecilia pun menyarankan Maria untuk memakai pembalut.
Kisah Maria yang mengalami menstruasi pertama tanpa edukasi dari orang tua itu bisa jadi dialami oleh remaja putri lainnya. Mereka baru tahu menstruasi ketika mengalaminya sendiri. Padahal, membicarakan menstruasi ini bisa dimulai sejak sebelum haid pertama.
Kawan, Orang tua, kakak, atau sepupu perlu ngajak ngobrol anak perempuan seputar perubahan tubuh pada masa puber dan reproduksi, menjelaskan mengapa terjadi menstruasi, berapa lama terjadi, mengenalkan kebersihan selama menstruasi, dan hal yang berkaitan dengannya. Oiya, jangan salah! Anak laki-laki pun perlau dijelaskan mengenai pubertas dan menstruasi pada perempuan. Loh kenapa? Supaya mereka bisa lebih menghargai dan membantu apabila diperlukan, misalnya beliin pembalut. Menstruasi jadi nggak semenyeramkan itu kalau saling bantu dan mengerti. Setuju, nggak?
Tapi, sedihnya tuh kalau ada remaja yang menstruasi di sekolah dan darahnya ‘tembus’ diolok-olok oleh teman sebayanya. Udah sakit perut, repot mengganti pembalut dan pakaian, harus menghadapi perkataan yang nggak ngenakin hati. Aduh, bikin makin sebel dan jadi beban nggak, sih? Syukur bisa ngasih dia pembalut cadangan yang kita bawa.
Kawan, kemajuan zaman ini tak juga menyurutkan mitos-mitos seputar menstruasi. Apa aja? Pernah denger nggak, larangan buat keramas dan motong kuku, larangan minum air es, nggak boleh makan nanas, larangan makan daging, minum soda yang dianggap mempercepat haid, nggak boleh berenang, dan sebagainya. Hmmm, capek ih dilarang mulu, hihihi! Padahal, tiap hari, terutama saat menstruasi kita perlu menjaga kebersihan tubuh dan organ reproduksi, memperbanyak konsumsi makanan bergizi, dan berolahraga sesuai kemampuan, loh!
Pengalaman menstruasi tiap orang itu berbeda, Kawan! Ada yang saat menstruasi perut rasanya benar-benar sakit, ada yang merasakan sedikit sakit, dan bahkan tidak merasakan sakit. Durasi haid tiap perempuan pun bisa berbeda. Kalau sudah mengganggu, segera minta bantuan dan memeriksakan diri ke dokter terdekat, ya, Kawan?
Oiya, kini makin beragam alat untuk menyerap penampung darah menstruasi, seperti pembalut sekali pakai, pembalut kain, tampon, dan menstrual cup (cawan menstruasi). Menstrual cup akhir-akhir ini ramai dibicarakan, didorong dengan kampanye ramah lingkungan.
Pro dan kontra pun datang, seperti anggapan tentang hilangnya keperawanan. Padahal, selaput dara pada masing-masing perempuan itu sangat beragam. Selain itu, konsep keperawanan itu tergantung pada nilai dan batasan yang masing-masing orang percaya. Jadi gimana? Kalau kata Sesa, sih yang terpenting pahami dengan benar kelebihan dan kekurangan sebelum memilih alat pembantu menstruasi yang tepat. Dan, kenyamanan nggak boleh dilupakan!
Mau pakai menstrual cup, pembalut sekali pakai, pembalut kain, atau tampon, yang terpenting kita selalu menjaga kebersihan tubuh dan alat reproduksi. Caranya dengan mengganti pembalut sekali pakai dan tampon secara rutin, mencuci pembalut kain dan menstrual cup sampai benar-benar bersih, serta melakukan sterilisasi pada menstrual cup. Kalian nyamannya pakai yang mana, nih? Yuk sebarkan tulisan ini ke adik, sepupu, anak, orang tua, guru, dan teman kalian, biar lebih ngerti dan empati!
Referensi:
CNN Indonesia. 2016, “Ternyata Menstruasi Punya 5000 Istilah Berbeda”
Menstruasi.com, “Istilah-Istilah Unik Menstruasi”
Mira Widjaja. 1984. Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. Jakarta: Gramedia
Sehat Negeriku-Kemenkes RI. 2017, “Manajemen Kebersihan Menstruasi Perlu Dipahami”
Tirto.id. 2018, “Berhentilah Melihat Menstruasi sebagai Tabu”