Pilih Laman

Kalian Aktif Secara Seksual? Sudah Tes HIV Belum?

17 Mar, 2023

Hola, Kawan #GengBeda! Ketika merasakan badan tidak enak atau kurang nyaman, baiknya kita segera memeriksakan diri ke dokter. Namun, apa yang terjadi ketika seseorang takut pergi ke dokter karena trauma pernah mendapatkan stigma negatif atau mendapat pertanyaan yang mengintimidasi?

Yeay, balik lagi di #CeritaSesa! Sesa habis ngobrol santai sama kawan Sesa yang sedang meneliti tentang persepsi tenaga kesehatan terhadap ODHIV (Orang dengan HIV). Sesa baru tahu kalau ternyata lebih banyak pasien ODHIV yang hanya berani memeriksakan dirinya ke puskesmas pada malam hari. Tes yang mereka lakukan bernama VCT (Voluntary Counselling and Testing).

Nah, #GengBeda, apakah kalian sudah aktif secara seksual atau pernah melakukan aktivitas seksual yang berisiko? Kalian perlu sekali melakukan VCT (Voluntary Counselling and Testing) untuk mengetahui kalian positif mengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau tidak. Lebih cepat lebih baik, penanganan lebih tepat. Jangan khawatir, pemeriksaan ini sifatnya rahasia dan sukarela. Keputusan untuk melakukan pemeriksaan adalah keputusan individu dan mempunyai hak privasi mutlak. Pelayanan VCT ini tidak sebatas diberi obat lalu pulang, tetapi ada sesi konsultasi juga.

Kawan Sesa bercerita kalau malam ketika penelitian, ada sekitar 38 pasien ODHIV (Orang dengan HIV) yang memeriksakan diri di puskesmas. Meskipun layanan tes untuk mendeteksi HIV ini dibuka tiap hari, namun pasien lebih memilih datang pada malam hari. “Kalau siang hari hanya ada 1 atau 2 ODHIV atau suspect”, kata kawan Sesa.

Ketika periksa pada siang hari, orang lebih takut dengan stigma yang didapatkan dari masyarakat sekitar, bahkan tenaga kesehatan. Mereka mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sinis mengenai perilaku seksualnya. “Ngapain saya berobat, orang tenaga kesehatannya aja kaya gitu”, ucap kawan saya menirukan pasien. Ada ODHIV (Orang dengan HIV) yang tidak mau berobat karena sikap tenaga kesehatan. Tapi, akhirnya ODHIV ini pindah berobat ke puskesmas yang lain. Sedih banget, harusnya tenaga kesehatan bisa lebih merangkul dan memberikan semangat agar pasien berobat.

Di luar itu, pelayanan extra-time yang diadakan di puskesmas daerah kawan Sesa ini masih perlu dibenahi. Pasien perlu mendaftarkan diri mulai pukul 17.00-20.00 untuk melakukan pemeriksaan yang dilaksanakan pada 17.00-21.00. Tetapi, pernah kejadian, pendaftaran ditutup pada 19.30 karena pasien yang mendaftarkan diri telah melewati kuota 🙁

Selain itu, pelayanan extra-time hanya dilakukan sebulan sekali, dulunya 2-3 kali. Pelayanan extra-time dibuat sebulan sekali di suatu puskesmas agar masyarakat bisa memeriksakan diri ke puskesmas lain, dibagi rata agar tidak hanya terkonsentrasi di satu puskesmas. Puskesmas di daerah tempat kawan Sesa ini sudah semuanya ada layanan VCT pada malam hari.

Oiya, Kawan layanan tes VCT (Voluntary Counselling and Testing) juga semakin digencarkan dan dipromosikan oleh para tenaga medis, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan aktivis kesehatan reproduksi melalui sosial media Twitter. Mereka menyebarkan cuitan berisi edukasi dan jadwal VCT di menfess kampus-kampus, menfess FWB (Friends with Benefit), dan lainnya. Menfess (mention and confess) sendiri adalah suatu ruang di Twitter untuk banyak orang saling bertanya, menjawab, dan berdiskusi secara daring. Ini sangat positif, karena banyak orang yang menanggapi dan berinteraksi, seperti memberikan komentar, menyukai tweet, bahkan me-retweet agar semakin tersebar luas! Yeahhh~

Sesa begitu bersyukur ketika banyak orang secara sadar mengedukasi diri dan mengakses tes VCT setelah aktif secara seksual. Kita tahu sendiri ya, kalau penderita HIV kerap dicap macam-macam, seperti dianggap LGBT, melakukan ‘seks bebas’, bahkan terkena azab. Padahal, penderita juga bisa tertular ketika dalam kandungan, tertular ketika berhubungan dengan suami yang HIV. Dan, penderita HIV tidak memandang orientasi seksual. Baik heteroseksual maupun homoseksual yang melakukan aktivitas seksual tanpa pengaman, berganti-ganti pasangan, ia tetap berisiko terkena HIV.

Oiya, di kota Kawan Sesa juga ada hadiah kecil-kecilan untuk orang yang bersemangat periksa HIV, loh! Misalnya, puskesmas menyediakan makan malam gratis. Sabi, nih untuk ditiru oleh puskesmas di daerah lain! Mantep, yaa. Gimana pelayanan tes VCT di daerah kalian? Menurut Sesa, perlu ada pelatihan buat tenaga medis agar meminimalisasi stigma kepada pasien dan menyemangati mereka untuk berobat.

Yuk, segera periksakan diri, ajak Kawan atau keluarga yang sudah aktif secara seksual untuk melakukan tes HIV sebagai pencegahan! Izinkan dirimu untuk diperiksa dan mendapatkan perawatan yang sesuai, ya!

 

Referensi:

Kawan Sesa yang sedang melakukan penelitian terkait persepsi tenaga kesehatan terhadap pasien HIV.

Makarim, Fadhli. 2020, “Berbagai Manfaat Melakukan VCT untuk Mencegah HIV dan AIDS”, halodoc.com

Risqi, Dwi, dkk. 2018. Program Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Puskesmas. HIGEIA, Vol. 2, No. 4

 

Beranda / Cerita Sesa / Kalian Aktif Secara Seksual? Sudah Tes HIV Belum?

Artikel Lainnya

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share This
Skip to content