Pilih Laman

Membongkar Stigma Aborsi

20 Des, 2021

Halo kawan geng beda! Apa kabar? Kali ini bersama Gema yuhuuu, bagi yang bingung kenapa aborsi kali ini dibahas sama Gema karena sebagai orang yang suka banget dengan ragam gender dan seksualitas, Gema paham banget! ini nggak mudah! Gema yang udah sering banget dapet stigma juga pengen speak-up tentang stigma aborsi…

Kenapa sih penting bahas aborsi? Belum lama ini kita mendengar beragam berita mengenai tindakan aborsi, ini merupakan fenomena yang banyak terjadi namun ada lapisan lain yang seringkali terlupakan. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan aborsi adalah korban pemerkosaan, pemaksaan ataupun kekerasan dalam rumah tangga namun seringkali sulit mendapatkan keadilan, salah satunya adalah akibat stigma yang melekat pada perempuan ketika melakukan aborsi.

Bagaimana stigma bekerja?

Salah kaprah mengenai aborsi dalam masyarakat menyebabkan stigma aborsi semakin melekat pada perempuan. Hal ini berkembang dalam banyak lapisan masyarakat mulai dari tatanan individu, komunitas, institusi kesehatan, media massa, budaya dan agama, serta negara. Dalam tataran negara, terdapat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) yang mengatur mengenai aborsi yaitu korban pemerkosaan dan apabila terdapat indikasi kedaruratan medis. Namun dalam implementasinya, hak ini sulit didapatkan karena birokrasi yang berbelit-belit, tenaga medis yang menolak untuk memberikan layanan aborsi dan juga masih banyak aparat negara yang belum memiliki pengetahuan mengenai UU ini ketika korban pemerkosaan melaporkan kasusnya. Tidak hanya itu, dalam UU tersebut, aborsi hanya boleh dilakukan sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu, sementara banyak dari mereka yang tidak menyadari dirinya hamil terutama bagi korban pemerkosaan yang memerlukan waktu untuk memulihkan diri dari trauma psikologis yang timbul. Dalam tataran komunitas, kultur dan agama, masih banyak yang menganggap aborsi adalah sesuatu yang menyalahi kodrat dan dianggap tindakan pembunuhan. Bisa dibayangkan bagaimana penyintas mengalami tekanan yang berlapis karena harus melahirkan dan membesarkan anak dari pemerkosanya. Anak yang dilahirkan pun beresiko tidak mendapatkan kehidupan yang layak serta hak mereka sebagai anak.

Dampak Stigma Besar Pada Aborsi

Pembicaraan mengenai aborsi begitu tertutup dan tabu, sehingga perempuan tidak tahu harus bagaimana mencari pertolongan, sehingga tidak mengherankan bila kasus aborsi tidak aman banyak dilakukan perempuan dikarenakan stigma yang begitu besar. Terdapat 30% jumlah kematian ibu karena aborsi tidak aman menurut data IPAS. Sementara itu, berdasarkan riset Guttmacher Institute, terdapat dua dimensi utama yang melekat pada perempuan yang melakukan aborsi yaitu ketakutan akan rasa bersalah dan penghukuman masyarakat. Hal ini juga yang berdampak pada kesehatan mental perempuan yang menyebabkan banyak dari mereka yang kehilangan harapan hidup, tidak dapat bersosialisasi dan menutup diri. Dari sini, kita bisa melihat betapa besar stigma aborsi yang berdampak negatif pada kehidupan perempuan.

Aborsi aman sejatinya adalah hak perempuan dalam pemenuhan hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi secara universal. Oleh karenanya stigma terhadap aborsi haruslah segera diakhiri dan sudah seharusnya menjadi layanan kesehatan yang dapat diakses semua orang dengan mudah. Tidak hanya itu, edukasi yang komprehensif mengenai Kesehatan Seksual dan Reproduksi juga harus segera diberikan untuk meluruskan pandangan salah kaprah yang masih diamini oleh masyarakat.

Oleh : Nurul Ichlasiah Jaya

Beranda / Cerita Gema / Membongkar Stigma Aborsi

Artikel Lainnya

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share This
Skip to content