Kamu pernah ngebayangin enggak sih tinggal selama dua tahun di atap sebuah kantor? Setiap hari mendengar suara ledakan bom, peluru berdesing dan sering kali kekurangan makanan.
Kamu mungkin bisa saja keluar untuk menghilangkan kebosananmu, tapi jika ketahuan, kamu akan ditangkap dan nyawamu pasti akan melayang.
Semua itu adalah keadaan yang menimpa Anne Frank, remaja putri berkebangsaan Belanda keturunan Yahudi. Ia bersama keluarga dan kerabatnya harus bersembunyi di atap sebuah kantor untuk menyelamatkan diri dari dijebloskan ke kamp-kamp konsentrasi yang dibuat Jerman pada tahun 1942 untuk melakukan pembunuhan massal kepada orang-orang Yahudi.
Saat hal itu terjadi Anne baru berusia tiga belas tahun, dan untuk menghilangkan kebosanannya di tempat persembunyian ia menulis buku harian, yang merupakan hadiah ulang tahun ke-13 dari keluarganya. Buku harian yang ia sebut “Kitty” penuh dengan berbagai hal, seperti tentang sahabat dan teman sekolahnya, keluarganya, serta curahan hatinya sebagai seseorang yang kehilangan masa-masa remajanya.
Seperti kebanyakan remaja seusianya Anne menulis tentang keresahannya pada ibu yang tidak pernah bangga padanya, perlakuan berbeda yang ia rasakan dengan kakaknya, serta rasa sayang dan hormatnya pada sang ayah. Di tempat persembunyiannya itu ia juga mulai tertarik dengan anak lelaki kerabatnya, yaitu Peter van Daan.
Hidup selama dua tahun dalam ruang sempit itu, Anne mulai bisa melihat kepribadian masing-masing orang, ada yang sanggup saling membantu, namun ada juga yang sibuk dengan diri sendiri hingga tak peduli kebutuhan yang lain. Semua kepribadian ini keluar karena mereka terus diliputi perasaan takut kalau sewaktu-waktu Nazi Jerman bisa menemukan mereka. Mereka bisa bertahan karena harapan untuk bisa hidup normal kembali setelah perang usai.
Sayangnya harapan mereka tidak terkabul karena pada bulan ke-25 mereka ditangkap dan diasingkan ke tempat tahanan masing-masing. Mereka ditempatkan di penjara yang berbeda-beda, mulai dari Auswitch, tempat lain di penjuru Jerman, hingga negara lain. Anne pun menjemput ajalnya pada usia lima belas tahun di dalam kamp konsentrasi.
Sulit rasanya membayangkan hidup selama dua tahun sebagai Anne Frank. Lebih sulit lagi untuk tidak kagum padanya dan tidak terenyuh saat membaca buku hariannya. Semangatnya untuk bertahan hidup melebihi orang-orang yang lebih dewasa darinya. Selain menulis tentang keresahannya sebagai seorang remaja, ia juga berhasil menceritakan pengalaman pahitnya dengan baik. Salah satu kutipan Anne yang terkenal, “People can tell you to keep your mouth shut, but that doesn’t stop you from having your own opinion.”