Assalamualaikum, Ukhti dan Akhi…
Sudah menjadi rahasia umum yaa kalo pandemi ini gak hanya mengganggu kesehatan fisik umat manusia. Namun ada juga kesehatan mental yang tentunya dirasakan kita semua. Men Sana In Corpore Sano atau ‘Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat’ masih menjadi kata-kata yang pas hingga saat ini. Aku sih merasa begitu ya. Apalagi di tengah situasi angka pasien positif COVID-19 yang terus meningkat. Sedih, takut, cemas, dan perasaan lainnya campur aduk deh. Meski sesungguhnya semua perasaan itu wajar dirasakan dan semua yang dirasakan itu valid. Gak jarang aku bercerita kepada ukhti dan akhi anggota BEM di kampusku. Ya, untuk mengeluarkan rasa yang gak enak sekaligus membangun kekuatan bersama mereka.
Beberapa ukhti-ukhti di BEM kampusku juga sering mengeluhkan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya, terutama kesehatan tubuh mereka. Misalnya, ada yang mendapatkan menstruasi 2 kali dalam sebulan, ada yang demam saat menjelang menstruasi, ada juga cerita-cerita dari ukhti dan akhi yang takut untuk berelasi sosial di masa pandemi ini. Iya, para anggota BEM ukhti dan akhi sangat terbuka untuk membicarakan hal yang dianggap tabu. Jadi, bagi aku dan akhi anggota BEM itu hal yang biasa dan perlu dibicarakan secara terbuka agar kita sama-sama saling membantu, mungkin juga memberikan informasi kesehatan satu sama lain.
Aku jadi inget. Seorang filsuf Yunani Kuno, Epicurus, yang melibatkan pandangan tentang tujuan hidup manusia dalam pemikirannya mengatakan kalo, “tujuan utama untuk mencapai hidup yang bahagia adalah tubuh yang sehat dan ketenangan mental.” Itu yang aku baca dari berbagai sumber, salah satunya Pijar Psikologi. Kalo di dalam keyakinanku Islam, kami mengambil sumber ajaran hidup yang mostly dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Terdapat istilah jiwa yang tenang di dalam Al-Qur’an yaitu an-nafsu al-muthmainnah, sementara di dalam Al-Hadits disebut dengan al-fithrah merupakan syarat bagi kesehatan mental yang harus dimiliki seorang muslim. Maksudnya, hidup dengan jiwa yang tenang harus berdasarkan fitrah yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala yaitu akidah tauhid. Apa sih itu? Sesederhana mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Bagi aku, menjaga kebersihan, menjaga perasaan orang lain, menjaga diri untuk gak berbuat jahat terhadap orang lain terutama perempuan itu adalah perintah Allah SWT. Itulah sifat Allah Ta’ala yang Ar Rahman (Maha Pengasih) dan Ar Rahiim (Maha Penyayang).
Meskipun begitu, pikiran yang ada di kepala kita gak selalu menjadi faktor utama untuk menjadikan tubuh kita jadi sakit. Ada juga kebijakan-kebijakan yang membuat diri kita jadi sulit menjadi sehat. Hahaha… misalnya nih, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Peraturan ini memang untuk ditujukan demi kesehatan bersama, namun dari yang aku baca juga mengganggu ketersediaan layanan kontrasepsi dan konseling Keluarga Berencana (KB). Hal itu dikonfirmasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang memprediksi ada 370.000-500.000 kelahiran pada awal 2021. Riset global yang diinformasikan oleh theconversation.com juga mengatakan kalo efek pandemi akan mempengaruhi kesehatan reproduksi di 132 negara miskin dan sekitar 15 juta kehamilan yang gak direncanakan.
Nah, aku yakin banyak orang yang berupaya untuk selalu sehat. Caranya sesuai dengan kemampuan masing-masing, namun jangan lupa bersantai dan beristirahat agar di dalam tubuh kita gak tegang. Kalo aku bersama ukhti dan akhi di BEM kampus sih dengan cara menyanyikan lagu-lagu berikut secara online. Mixtape ini menjadi pilihan karena ada pesan-pesan yang dapat kita jadikan diskusi bersama. Berikut #KupasTuntas-nya!
Lagu ini cocok banget didengerin oleh siapapun, terutama ukhti dan akhi yang beranjak puber. Bisa juga didengerin oleh Ibu muda untuk mengenal pertumbuhan anak perempuannya.
“Akulah kembang perawan ingin mulai merasa
Perasaan yang pasti milik semua insan
Aku mulai jatuh cinta, papa biarlah aku
Menikmati semua anugerah di hidupku..”
Yap, aku setuju banget sama Gita Gutawa! Kalo semua perasaan itu pasti dimiliki oleh semua insan. Apalagi ketika kita berada di masa puber, banyak banget perubahan dalam tubuh. Masa puber juga menciptakan perasaan-perasaan diri terhadap orang lain yang kadang sulit dijelaskan. Cieee… semacam ada kupu-kupu di dalam perut gitu deh. Aku juga masih sering merasakan begini. Ada banget loh keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Namun sebelum itu, aku belajar banyak hal terutama tentang relasi yang sehat dan persetujuan.
Yuhuuu untuk fandom Agnation… siapa yang gak kenal lagu ini? Gak mungkin banget yaa, pasti kenal dong! Lagu ini powerful banget pesannya!
“Pernikahan dini, bukan cintanya yang terlarang
Hanya waktu saja belum tepat…
Merasakan semua….”
Pesannya kurang lebih sama ya kaya lagu Gita Gutawa. Setiap perasaan itu gak salah. Namun dalam kasus pernikahan dini akan menjadi salah ketika diri kita gak siap. Ingat! Ada UU No. 16 tahun 2019 yang mengatur usia pernikahan itu minimal 19 tahun untuk laki-laki dan perempuan. Lagipula… menikah kan bukan hanya soal berhubungan seksual, sama dengan pendidikan kespro yang gak melulu ngomongin seks. Hehehe. Maka penting untuk aku, semoga buat ukhti dan akhi pembaca untuk selalu belajar tentang kesehatan reproduksi, kontrasepsi, dan persetujuan.
Asooyyy~ lagu Tuty Wibowo ini bisa membuat pinggul bergoyang. Menggerakan badan bisa menghilangkan rasa-rasa gak enak. Aku sering banget melakukannya. Hasilnya supaya gak tegang gitu dalam menjalankan hari-hari yang penuh ketidakpastian ini. Eits, tapi tunggu dulu! Aku joget karena beat lagunya yang bikin berdendang. Gimana liriknya? Ayo kita #KupasTuntas bareng!
“Awalnya aku cium-ciuman
Akhirnya aku peluk-pelukan
Tak sadar aku, dirayu setan
Tak sadar aku, ku kebablasan”
Nah, lagu ini juga mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi dan persetujuan, selain menggunakan alat kontrasepsi jika gak siap mengalami kehamilan yang tidak direncanakan. Di sisi lain, ciuman dan pelukan itu ekspresi yang dilakukan sebagai tanda sayang. Keduanya bisa meningkatkan hormon bahagia dan mengurangi hormon stres.
Nah, lagu-lagu dari grup musik Jamrud yang bernuansa rock ini sering banget dijadikan hiburan di kalangan anak-anak nongkrong. Liriknya yang eksplisit sering jadi bahan untuk tertawa bahagia.
“Jemari Tejo mulai piknik dari wajah, sampai lutut surti
Tanpa sadar sarung merekapun jadi alas
Mirip demo memasak
Tejo mulai berakting di depan Surti
Masang. alat. Kontrasepsi..
Surti berlari kayak kesurupan
Dan si Tejo ngelamun menahan konaknya
Diacungkan jari tengah ke arah Surti,
Penuh dendam di bilang …Fu**** you…”
Tejo sih sudah bener ya memakai alat kontrasepsi ketika ingin berhubungan seksual dengan Surti. Namun, ada tindakan yang belum tepat nih dari Tejo. Dia gak ngomongin soal ingin melakukan aktivitas seksual ke Surti. Jadi, Tejo nih harus mengenal konsep persetujuan dulu. Dan, seharusnya Ibu Jari yang diacungkan ke Surti karena dia sudah menolak dan pergi meninggalkan Tejo! Semoga kita semua terhindar dari perilaku Tejo ya!
Itu dia Ukhti dan Akhi mixtape soal alat kontrasepsi. Mixtape paket lengkap, mulai dari pop, up-beat, dangdut hingga rock. Mixtape ini bisa didengarkan sambil mengerjakan tugas kuliah online atau menemani kegabutan kalian. Musiknya asyik, pesan di lagunya juga mendidik.
Sumber:
- The Conversation, “Dampak pandemi COVID-19 global: ada tambahan 15 juta kehamilan yang tak direncanakan, apa risikonya?” theconversation.com, diakses pada 20 September 2020 di https://theconversation.com/dampak-pandemi-covid-19-global-ada-tambahan-15-juta-kehamilan-yang-tak-direncanakan-apa-risikonya-144683
- Pijar Psikologi, “Tahukah Anda Kesehatan Mental dan Kesehatan Fisik Saling Mempengaruhi?” pijarpsikologi.org, diakses pada 21 September 2020 di https://pijarpsikologi.org/tahukah-anda-kesehatan-mental-dan-kesehatan-fisik-saling-mempengaruhi/
- Ikhwan Fuad, “Menjaga Kesehatan Mental Perspektif Al-Qur’an dan Hadits” Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Pacitan, diakses ada 21 September 2020